Dalam dunia budidaya udang, menjaga kesehatan dan performa udang adalah kunci kesuksesan. Salah satu pendekatan yang potensial dan mulai populer di kalangan petambak adalah penggunaan fitobiotik, yaitu senyawa atau bahan alami yang berasal dari tumbuhan. Fitobiotik bisa datang dari sayuran, buah-buahan, herbal, rumput laut, hingga mikroalga, bahkan limbah pertanian seperti dedak padi atau ampas buah.
Kekuatan utama fitobiotik ada pada senyawa bioaktifnya, seperti tanin, alkaloid, saponin, minyak atsiri, flavonoid, dan polisakarida. Senyawa-senyawa ini berfungsi sebagai antimikroba, antioksidan, antiinflamasi, imunostimulan, dan masih banyak lagi. Artinya, selain membantu udang tumbuh lebih cepat, fitobiotik juga membuat udang lebih tahan terhadap penyakit dan stres.
Fitobiotik juga bisa menjadi alternatif antibiotik yang dilarang penggunaannya dalam budidaya udang, karena dapat meninggalkan residu yang berbahaya bagi manusia dan juga dapat membuat patogen menjadi lebih resisten (antimicrobial resistance/AMR) yang membuat patogen akan bermutasi semakin ganas dan sulit dihentikan.
Sebuah jurnal dengan judul “Exploring beneficial effects of phytobiotics in marine shrimp farming: A review” menjelaskan bagaimana fitobiotik yang berasal dari laut dan darat bisa memberikan manfaat bagi udang.
Mikroalga & Makroalga
Salah satu sumber fitobiotik yang bisa digunakan dalam kegiatan budidaya udang adalah mikro- dan makroalga. Mikroalga sudah lama digunakan sebagai pakan alami di sektor akuakultur. Kandungan proteinnya tinggi, kaya asam lemak omega-3 (PUFA), vitamin, dan pigmen yang menunjang pertumbuhan udang. Sementara itu, makroalga seperti Gracilaria, Laminaria, dan Ulva banyak dimanfaatkan sebagai bahan tambahan pakan. Selain kaya nutrisi, rumput laut punya kemampuan meningkatkan kekebalan tubuh udang dan memperbaiki kualitas air tambak.
Dalam aplikasi yang lebih alami seperti sistem polikultur antara udang dan rumput laut seperti anggur laut (Caulerpa lentillifera), hal ini bisa memberikan dampak yang saling menguntungkan. Rumput laut menyerap kelebihan nutrien, sehingga kualitas air lebih stabil, sementara udang mendapat manfaat dari senyawa bioaktifnya.
Herbal Tanaman
Herbal yang berasal dari rempah-rempah tanaman juga banyak diuji untuk udang, salah satunya yang paling banyak digunakan adalah penggunaan bawang putih. Banyak herbal telah diuji untuk udang, mulai dari bawang putih (Allium sativum) yang terkenal sebagai antimikroba, hingga sambiloto (Andrographis paniculata) yang bersifat antioksidan dan antiinflamasi. Herbal kaya polifenol, seperti Tinospora cordifolia dan Aegle marmelos, mampu meningkatkan jumlah bakteri baik di usus udang, yang berarti pencernaan dan penyerapan nutrisi jadi lebih optimal.
Selain itu, herbal seperti Moringa oleifera (daun kelor) memberikan nutrisi lengkap dan memperkuat kekebalan tubuh udang terhadap penyakit. Ekstrak Salvinia cucullata bahkan terbukti mampu meningkatkan ketahanan udang vaname terhadap Vibrio parahaemolyticus, penyebab penyakit mematikan pada budidaya.
β-Glukan & Asam Tanat
Selain bersumber dari laut dan tanaman herbal, fitobiotik juga untuk budidaya marikultur, termasuk udang, adalah dua senyawa yang sedang naik daun, yakni β-Glukan dan asam tanat.
β-Glukan adalah polisakarida yang biasa diekstrak dari ragi Saccharomyces cerevisiae. Senyawa ini membantu memodulasi mikrobiota usus, meningkatkan sistem imun, dan membuat udang lebih tahan penyakit. Bahkan, β-Glukan terbukti mampu meningkatkan ketahanan udang windu terhadap infeksi WSSV.
Asam tanat bekerja dengan cara meningkatkan kapasitas antioksidan dan kekebalan tubuh udang. Misalnya, pada udang vaname, asam tanat membantu mengurangi stres akibat amonia dalam air tambak. Selain udang, senyawa ini juga bermanfaat untuk berbagai spesies ikan dan kerang.
Keduanya relatif murah, mudah ditemukan, dan bisa diaplikasikan langsung sebagai bahan tambahan pakan.
Keuntungan Menggunakan Fitobiotik dalam Budidaya Udang
Dalam jurnal tersebut disebutkan bahwa penggunaan penggunaan fitobiotik dalam pakan atau lingkungan budidaya memberikan berbagai keuntungan, seperti:
1. Pertumbuhan Lebih Cepat – Nutrisi lengkap dan peningkatan fungsi pencernaan membantu konversi pakan lebih efisien.
2. Sistem Imun Lebih Kuat – Udang lebih tahan terhadap serangan bakteri seperti Vibrio.
3. Kualitas Air Lebih Stabil – Terutama jika menggunakan rumput laut yang mampu menyerap kelebihan nutrien.
4. Mengurangi Stres Lingkungan – Fitobiotik seperti β-Glukan membantu udang beradaptasi pada salinitas rendah atau kualitas air yang fluktuatif.
5. Ramah Lingkungan – Mengurangi ketergantungan pada antibiotik, sehingga lebih aman bagi konsumen dan ekosistem.
Kesimpulan
Fitobiotik bukan sekadar tren, tapi solusi nyata untuk meningkatkan produktivitas budidaya udang secara berkelanjutan. Dengan bahan yang mudah diperoleh, murah, dan minim efek samping, fitobiotik bisa menjadi “senjata rahasia” para petambak untuk menjaga kesehatan udang sekaligus meningkatkan keuntungan.
Ke depan, integrasi fitobiotik dengan manajemen pakan modern dan sistem budidaya ramah lingkungan akan menjadi kunci keberhasilan industri akuakultur, khususnya bagi udang vaname.