Budidaya udang merupakan salah satu sektor yang menjanjikan dalam industri akuakultur. Dengan permintaan pasar yang terus meningkat, potensi keuntungan dari usaha tambak udang pun semakin besar. Namun, di balik peluang ekonomi yang menggiurkan itu, budidaya udang juga ternyata menghadapi berbagai tantangan, terutama terkait penyakit yang kerap menyerang tambak.
Penyakit seperti White Spot Syndrome Virus (WSSV), Acute Hepatopancreatic Necrosis Disease (AHPND), hingga Enterocytozoon Hepatopenaei (EMS) menjadi ancaman utama dalam produksi udang. Seiring dengan munculnya penyakit-penyakit baru, petambak harus terus berinovasi dan mencari strategi untuk meminimalkan risiko kerugian akibat wabah penyakit.
Berbagai metode telah diterapkan oleh petambak untuk mengatasi tantangan ini. Beberapa strategi yang umum dilakukan antara lain penerapan biosekuriti yang ketat, pemilihan benur specific pathogen free (SPF) dan bersertifikat, pengelolaan kualitas air yang optimal, pemberian pakan bernutrisi tinggi, hingga strategi panen parsial guna mengurangi kepadatan populasi udang.
Di antara sekian banyak strategi, penggunaan benur besar atau juvenil hasil pendederan di nursery pond (NP) masih belum banyak diterapkan di Indonesia. Padahal, metode ini memiliki berbagai keuntungan yang dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam budidaya udang.
Keuntungan Menggunakan Benur dari Nursery Pond (NP)
1. Benur Lebih Kuat dan Sehat
Salah satu keuntungan utama menggunakan benur hasil nursery adalah ketahanannya yang lebih baik terhadap lingkungan tambak. Benur yang telah melewati masa kritis selama sekitar 15-30 hari di nursery pond akan lebih siap menghadapi kondisi di tambak. Selama fase pendederan, benur dibesarkan dalam lingkungan yang sangat terkontrol, baik dari segi kualitas air maupun pakan yang diberikan. Hal ini membantu benur beradaptasi dengan lebih baik saat dipindahkan ke tambak yang lebih terbuka.
Sebagai perbandingan, benur yang langsung ditebar dari hatchery ke tambak sering mengalami stres akibat perubahan lingkungan yang drastis. Stres ini dapat menyebabkan pertumbuhan yang lambat dan meningkatkan risiko kematian akibat infeksi penyakit. Dengan pendederan di nursery, risiko ini dapat ditekan sehingga tingkat kelangsungan hidup (survival rate) benur menjadi lebih tinggi.
2. Efisiensi Pakan pada Masa Awal Budidaya
Pendederan benur di nursery juga berkontribusi terhadap efisiensi penggunaan pakan. Pada fase awal budidaya di tambak, pemberian pakan untuk benur besar jauh lebih terukur dibandingkan dengan benur PL yang menggunakan blind feeding. Hal ini mengurangi jumlah pakan yang terbuang serta mengoptimalkan konversi pakan (FCR). Efisiensi pakan yang lebih baik tidak hanya menghemat biaya operasional tetapi juga mengurangi dampak negatif terhadap kualitas air tambak.
3. Masa Budidaya di Tambak Lebih Singkat
Dengan menggunakan benur hasil nursery, masa budidaya di tambak dapat dipersingkat. Sebagai contoh, jika biasanya petambak membutuhkan waktu sekitar 100–120 hari untuk membesarkan udang hingga ukuran panen, dengan benur dari nursery, waktu budidaya dapat dikurangi hingga 80–90 hari. Hal ini memungkinkan petambak untuk melakukan lebih banyak siklus produksi dalam satu tahun, sehingga meningkatkan produktivitas tambak secara keseluruhan.
Selain itu, waktu budidaya yang lebih singkat juga mengurangi risiko terpapar penyakit yang umumnya menyerang pada fase pertumbuhan tertentu. Semakin cepat udang mencapai ukuran panen, semakin kecil kemungkinan udang terinfeksi penyakit yang merugikan.
4. Tingkat Keberhasilan Budidaya Lebih Tinggi
Keberhasilan budidaya udang sangat bergantung pada tingkat kelangsungan hidup benur di tambak. Penggunaan benur yang sudah lebih besar dan kuat dari nursery memberikan keuntungan dalam hal ini. Dengan survival rate yang lebih tinggi, petambak dapat mencapai target produksi yang lebih optimal, mengurangi risiko kegagalan, dan meningkatkan keuntungan.
Benur yang lebih kuat juga memiliki daya tahan lebih baik terhadap fluktuasi lingkungan, seperti perubahan suhu dan kualitas air yang sering terjadi di tambak. Hal ini memberikan fleksibilitas lebih bagi petambak dalam mengelola tambak mereka.
Tantangan dalam Penerapan Sistem Nursery
Meskipun banyak keuntungan yang ditawarkan, sistem nursery masih menghadapi beberapa tantangan dalam penerapannya. Salah satu kendala utama adalah investasi awal yang dibutuhkan untuk membangun fasilitas nursery yang memadai. Selain itu, dibutuhkan keterampilan dan pengetahuan yang baik dalam mengelola nursery pond agar dapat menghasilkan benur yang berkualitas.
Namun, kini petambak tidak perlu bingung jika ingin menggunakan benur besar di tambak tapi belum/tidak memiliki fasilitas nursery pond. PT Sakti Biru Indonesia (SBI), perusahaan terintegrasi di sektor budidaya udang telah berhasil mengembangkan benur besar hasil NP di Lampung untuk tujuan komersil. Benur NP juga telah digunakan petambak di berbagai lokasi seperti Lampung dan Bangka.
Petambak mungkin akan mempertimbangkan bagaimana transportasi benur yang besar dari nursery ke tambak. SBI telah melakukan berbagai uji coba dan mendapatkan cara paling optimal agar benur yang dikirim dari nursery ke tambak tetap aman dengan tingkat stress rendah dan tingkat kelangsungan hidup tinggi.
Kesimpulan
Penggunaan benur hasil nursery menawarkan berbagai keuntungan yang dapat meningkatkan efisiensi dan keberhasilan budidaya udang. Dengan benur yang lebih kuat, efisiensi pakan yang lebih baik, masa budidaya yang lebih singkat, serta tingkat keberhasilan yang lebih tinggi, sistem ini menjadi pilihan yang patut dipertimbangkan oleh para petambak.
Meskipun masih belum banyak diterapkan di Indonesia, keunggulan yang ditawarkan oleh sistem nursery dapat membantu petambak dalam menghadapi tantangan budidaya udang, terutama dalam mengurangi risiko penyakit dan meningkatkan produktivitas. Dengan investasi yang tepat dan manajemen yang baik, sistem nursery dapat menjadi solusi jangka panjang untuk budidaya udang yang lebih berkelanjutan dan menguntungkan.