Perlukah Deteksi Dini Penyakit Udang dengan PCR?

Teknologi PCR saat ini memungkinkan kita mendeteksi keberadaan patogen bahkan sebelum mereka menyebabkan gejala.

by Sakti Biru Indonesia • Published on July 2, 2025

Pepatah lama mengatakan, “mencegah lebih baik daripada mengobati”— mempunyai makna yang sangat pas dan kontekstual jika diterapkan dalam usaha budidaya udang. Pepatah ini bukan sekadar nasihat, tetapi strategi penting yang dapat menyelamatkan usaha budidaya. 

Udang adalah komoditas budidaya yang sangat potensial, namun juga sangat rentan menghadapi kegagalan. Serangan penyakit masih menjadi ancaman utama budidaya. Apalagi sepanjang sejarah perkembangannya, jenis penyakit pada udang cenderung bertambah dari waktu ke waktu. Mulai dari penyakit yang disebabkan virus seperti WSSV dan IMNV, disebabkan oleh bakteri seperti AHPND, hingga terbaru yang disebabkan oleh mikrosporidia seperti EHP. Penyakit-penyakit tersebut bisa datang bergantian atau bahkan bersamaan. 

Proses persiapan matang melalui desinfeksi dan pengetatan biosekuriti telah menjadi SOP para petambak selama ini. Langkah-langkah tersebut sangat bagus sebagai bagian dari strategi pencegahan atau preventif terhadap serangan penyakit. Strategi pencegahan juga biasanya dilengkapi dengan screening kesehatan udang dan pemantauan gejala klinis secara rutin.

Gejala Klinis Bukan Lagi Patokan Efektif

Dulu, pengamatan gejala klinis pada udang menjadi langkah utama dalam mendeteksi awal penyakit. Namun, seiring berkembangnya teknologi dan pemahaman kita tentang penyakit udang, pendekatan ini menjadi kurang relevan lagi. 

Faktanya, saat satu atau beberapa sampel udang mulai menunjukkan gejala klinis terkena penyakit tertentu, kemungkinan besar sebagian populasinya juga sudah terinfeksi. Artinya, waktu krusial untuk melakukan pencegahan sudah terlewat. Ini menjadikan deteksi berbasis gejala tidak lagi cukup sebagai sistem peringatan dini. Dan justru harus melakukan langkah kuratif atau penanganan yang biasanya membutuhkan biaya yang lebih besar. 

Deteksi Dini Sebelum Gejala Muncul, Mungkinkah?

Jawabannya: sangat mungkin. Teknologi PCR saat ini memungkinkan kita mendeteksi keberadaan patogen bahkan sebelum mereka menyebabkan gejala. Dengan pendekatan ini, pencegahan menjadi lebih tepat sasaran dan dapat dilakukan lebih awal—bahkan sebelum kerusakan terjadi.

Namun, dibutuhkan perubahan pola pikir dari petambak. Masih banyak yang menganggap pengujian PCR sebagai pemborosan, terutama jika hasilnya menunjukkan bahwa udang sehat. Padahal, hasil negatif justru merupakan indikasi bahwa langkah preventif berhasil. Seharusnya biaya pengujian PCR ini dianggap seperti halnya biaya desinfektan maupun biosekuriti lainnya—yaitu biaya rutin yang memang diperlukan untuk menjaga kesehatan tambak, bukan kerugian.

Solusi Deteksi Dini dari Sakti Biru Indonesia

Untuk membantu petambak Indonesia memaksimalkan langkah preventif menghalau penyakit udang, Sakti Biru Indonesia bekerjasama dengan Biomed Agritech menyediakan digital real time PCR ShrimpPath dPlex yang bisa mendeteksi 7 penyakit udang sekaligus pada satu sampel. Dengan cara kerja seperti ini, petambak mampu mendeteksi jauh lebih dini kondisi kesehatan udang sehingga budidaya bisa menjadi lebih tenang. 

ShrimpPath dPlex menawarkan akurasi dan sensitivitas tinggi untuk kuantifikasi absolut tingkat patogen yang dapat digunakan pada sampel udang, larva, air dan tanah. Kit ini juga menggunakan algoritma AI yang telah dipatenkan untuk menganalisis data. Hal ini membuat pengujian lebih dari sekadar menghitung jumlah patogen. Hasilnya dapat memberikan informasi prediktif dan menganalisis tren serta pola patogen, sehingga bisa memperkirakan kemungkinan terjadinya wabah penyakit.

Budidaya yang Lebih Tenang dan Terukur

Dengan menerapkan deteksi dini secara rutin, petambak dapat menjalankan budidaya dengan lebih tenang. Risiko penyakit bisa diidentifikasi lebih awal, tindakan pencegahan bisa dilakukan sebelum kerusakan terjadi, dan hasil panen pun menjadi lebih terjamin.

Deteksi dini bukan lagi pilihan, tapi kebutuhan dalam budidaya udang modern. Saatnya beralih dari reaktif ke proaktif—karena di dunia tambak, waktu adalah segalanya.


 

author

Sakti Biru Indonesia

Shrimp Aquaculture Company